Senin, 14 Juli 2008

Iblis Itu Kafir !

Assalaamu’alaikum wr. wb.

Saya harus berkali-kali mengingatkan diri saya sendiri mengapa topik culun seperti ini mesti dibahas. Akan tetapi di era cyber seperti ini, setiap informasi sangat berharga. Jika kita diam mematung, maka info-info yang sesat akan beredar bebas. Hal ini sudah terbukti nyata, karena – berkenaan dengan topik kali ini – memang benar-benar ada yang menyangka bahwa Iblis itu tidak kafir. Canggihnya lagi, ia malah dinobatkan sebagai makhluk yang tauhid-nya paling murni.

Nurcholis Majid dulu pernah bilang bahwa kalau kita banyak membaca, mungkin kita akan sependapat dengan orang-orang yang mengatakan bahwa Iblis itu murni tauhid-nya, karena ia menolak sujud kepada selain Allah SWT (dalam hal ini kepada Nabi Adam as.). Yang Cak Nur lupa jelaskan adalah : buku macam apa yang dibaca sehingga menghasilkan kesimpulan seperti itu? Inilah kegawatan era informasi seperti yang sudah saya sebutkan di paragraf sebelumnya.

Jadi, buku macam apa yang mengatakan bahwa Iblis itu murni tauhid-nya?

Kisah seputar penciptaan Nabi Adam as. dan penolakan Iblis untuk sujud kepadanya sudah cukup dikenal. Sayangnya, selain berita-berita yang diyakini kebenarannya, beredar pula kisah-kisah yang entah dari mana munculnya. Untuk menjaga kualitas rubrik ini, marilah kita bersandar pada referensi-referensi yang handal saja.

Ada tujuh surah di dalam Al-Qur’an yang memuat kisah menggemparkan ini. Anda bisa menemukannya di surah Al-Baqarah [2], Al-A’raaf [7], Al-Hijr [15], Al-Israa’ [17], Al-Kahfi [18], Thaaha [20], dan Shaad [38]. Jalan ceritanya sederhana dan mudah dipahami, jadi rasanya tidak perlu dibahas secara mendetil. Di sini, kita hanya akan membahas beberapa poin penting.

Pada suatu ketika, Allah SWT memutuskan untuk menciptakan manusia sebagai khalifah di muka bumi. Karena suatu sebab, hal ini membuat para malaikat heran dan mempertanyakan kehendak Allah tersebut. Allah kemudian menciptakan Nabi Adam as., membekalinya dengan ragam pengetahuan yang tidak dimiliki oleh para malaikat sekalipun, dan kemudian mereka pun merasa takjub pada makhluk baru ciptaan Allah tersebut (Q.S. Al-Baqarah [2] : 30-33). Dari sini kita dapat memahami bahwa meskipun Allah memiliki kekuasaan tak terbatas, namun kita boleh mengajukan pertanyaan atau mengekspresikan keheranan kita terhadap kehendak-Nya, tentunya dengan cara yang santun. Tentunya bertanya itu jauh berbeda dengan menolak mentah-mentah.

Iblis, on the other hand, bukan tipe teman berbincang yang baik. Tanpa tanya-tanya terlebih dahulu, ia langsung menolak perintah Allah untuk bersujud kepada Adam as., bahkan kemudian membantah-Nya. Pada surah Al-A’raaf, Al-Hijr, Al-Israa’ dan Shaad, kita dapat melihat dengan jelas alasan penolakan Iblis, yaitu karena ia – sebagai makhluk yang diciptakan dari api – merasa tak sudi bersujud kepada Adam as. yang diciptakan dari tanah.

Mari hayati episode yang satu ini. Iblis berhadap-hadapan dengan Allah SWT, yang ia sendiri tahu pasti bahwa kekuasaan-Nya tak ada bandingannya, kemudian ia membantah-Nya tanpa setidaknya bertanya terlebih dahulu. Jika memang ada iman dalam dirinya, maka pastilah iman itu luntur dengan sangat cepat. Kita tidak menjumpai makhluk lain yang lebih nekad daripada Iblis. Banyak yang durhaka kepada Allah, tapi mereka tidak memproklamirkan kedurhakaannya sedemikian rupa.

Hasilnya? Ada sekian banyak gelar yang ‘dihadiahkan’ kepada Iblis. Dari ketujuh surah yang sudah saya sebutkan di atas, inilah ‘gelar kehormatan’ yang diberikan kepadanya :

1. ‘takabur dan kafir’ (Q.S. Al-Baqarah [2] : 34
2. ‘hina’ (Q.S. Al-A’raaf [7] : 13)
3. ‘terkutuk’ (Q.S. Al-Hijr [15] : 34)
4. ‘calon penghuni neraka Jahannam’ (Q.S. Al-Israa’ [17] : 63)
5. ‘makhluk yang durhaka dan musuhnya manusia’ (Q.S. Al-Kahfi [18] : 50)
6. ‘pembangkang’ (Q.S. Thaahaa [20] : 116)
7. ‘takabur, kafir dan terkutuk’ (Q.S. Shaad [38] : 74-77)

Inikah gelar yang pantas untuk hamba yang murni tauhid-nya?

Penelusuran kita akhirnya sampai pada kesimpulan bahwa anjuran Cak Nur untuk ‘rajin membaca’ hendaknya diaplikasikan terlebih dahulu kepada Al-Qur’an sebagai bacaan utama, baru kepada bacaan-bacaan sekunder yang bermanfaat. Buku apa pun yang mengatakan bahwa Iblis memiliki tauhid yang murni sudah pasti bertentangan dengan Al-Qur’an. Pada titik ini, kita harus memilih antara beriman kepada Al-Qur’an atau memilih bahan bacaan lain untuk dijadikan rujukan.

Tentu tak perlu ada perdebatan lagi mengenai bagaimana kita harus memperlakukan Iblis. Iblis harus diperlakukan sebagai musuh. Akan tetapi, Iblis hanyalah satu oknum. Yang tidak boleh kita lupakan adalah bahwa Iblis – dalam euforia kesombongannya sesaat setelah menerima vonis kafir dari Allah – telah bersumpah untuk menyesatkan Bani Adam hingga akhir jaman (lihat, misalnya, di surah Shaad). Artinya, detik ini pun Iblis sedang sibuk melakukan proses kaderisasinya. Iblis memang hanya satu, namun doktrinnya menyebar kemana-mana. Kadang-kadang pemikirannya dibawa oleh manusia, kadang oleh jin. Manusia dan jin sama-sama memiliki kesempatan untuk bertaubat selama masih hidup dan belum kiamat. Sementara itu, Iblis dan pemikirannya terus abadi hingga waktu yang telah Allah tetapkan.

Nah, setelah topik konyol ini kita sudahi, insya Allah kita akan lanjutkan dengan membahas beberapa tokoh dalam sejarah peradaban manusia yang meniru-niru ‘kehebatan’ Iblis.


Wassalaamu’alaikum wr. wb.

Tidak ada komentar: